Tiba-tiba Jokowi, Jokowi Tiba-tiba..
Oleh: Azzam, Rudi, Agus
Tiba-tiba Joko Widodo menuangkan air minum ke gelas Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat). Tiba-tiba Joko Widodo berbicara lantang kepada IMF. Tiba-tiba Joko Widodo berbicara tentang Palestina. Tiba-tiba…
“Tidak ada yang tiba-tiba berubah kok. Semuanya adalah by designed (sudah diatur)."
Kehebohan di dunia (terutama dunia maya) ketika Joko Widodo ‘tidak dianggap’ oleh Megawati dan menuangkan air minum ke cangkirnya, Megawati menjadi sorotan dan perhatian. Isu-isu yang berkembang berkenaan dengan Joko Widodo itu di simpan.
Banyak yang direkrut oleh Wantimpres. Relawan berbayar ini bertugas untuk mengumpulkan apa pun informasi dari dunia nyata dan dunia maya. Dan kemudian, diolah sedemikian rupa. Jangan berpikir Joko Widodo tidak tahu mengenai rencana aksi Mei. Dia dan timnya sangat tahu. Oleh sebab itu, berbagai cara ditempuh untuk mengagalkannya. Termasuk bermain dengan rekayasa pikiran bawah sadar.
Sesuatu yang “tiba-tiba” yang saya tulis di paragraf pertama adalah contohnya. Tiba-tiba beredar foto Joko Widodo dengan Aher, apa yang ingin dimainkan? Opini atas pikiran bawah sadar masyarakat bahwa Joko Widodo ‘mah emang gitu orangnya’. Kepada siapapun akan demikian. Oh really? Coba sebutkan kepada siapa saja? Eng ing eng…
Tiba-tiba Joko Widodo anti-IMF di dalam pidatonya. Are you kidding me? Di saat yang sama Menteri Keuangan sedang mengajukan proposal pinjaman kepada IMF kok. Eng ing eng…
Tiba-tiba Joko Widodo berbicara mengenai kemerdekaan Palestina. Really? Setelah bocor sikap apatis yang akan dia tempuh? Setelah Jusuf Kalla juga ‘keceletot’ dengan pernyataannya? Lha kemarin-kemarin memangnya jadi concern? Eng ing eng…
Pengalihan-pengalihan dengan model ‘interupted’ ini adalah ciri khas dari teknologi rekayasa pikiran.
Lalu, bagaimana agar tidak tepengaruh dengan rekayasanya?
Hanya satu, FOCUS!!!
Jika engkau menyaksikan film FOCUS, film yang dibintangi oleh Will Smith yang berperan sebagai Nicky, seorang pencuri dan penipu profesional, engkau akan menyaksikan salah satu scene dimana Nicky bertaruh dengan Liyuan senilai 2 juta USD. Jenis taruhannya menarik, yakni Liyuan memilih salah satu nomor punggung pemain American Football. Dan Jess, rekan sejawat Nicky yang akan menebaknya.
Sebuah taruhan yang sulit tentunya. Karena setidaknya pemain football yang berada di lapangan dari kedua kubu berjumlah total 100 orang sudah termasuk pemain cadangan. Artinya, peluang Jess menebak angka yang dipilih Liyuan adalah 1:100. Namun, tak disangka, ternyata Jess berhasil menebak nomor punggug pemain yang dipilih oleh Liyuan. Nomornya adalah 55. Nicky pun berhasil memenangkan taruhan senilai 2 juta USD tersebut.
Ketika ditanya oleh Jess, apakah ini sebuah kebetulan? Nicky pun menjawab ini bukan kebetulan. Namun, ternyata Nicky telah melakukan REKAYASA PIKIRAN, agar Liyuan selalu mengingat angka 55 dalam pikiran bawah sadarnya.
Semenjak Liyuan tiba dari Hongkong di Amerika, Liyuan secara tidak sadar dibuat selalu mengingat angka 55 secara tidak sadar. Mulai dari taksi yang ada angka 55-nya. Kamar hotel, ornamen pada lampu hias, pin yang digunakan oleh consierge saat membukakan pintu, sampai pada banner iklan yang menempel di taksi dan bus, semuanya ada angka 55. Dan memang demikian, secara bawah sadar (unconscious) pikiran kita akan mengingat sesuatu yang diulang-ulang. Dan saat diminta oleh Nicky memilih salah satu nomor untuk jadi bahan taruhannya, maka pikiran bawah sadar (uconscious mind) Liyuan akan tertarik kepada pemain yang menggunakan nomor punggung 55 di kaosnya.
Nah, kenapa saya menulis tentang fenomena pikiran bawah sadar dalam film FOCUS ini? Beberapa saat yang lalu di Metro TV (televisi milik Surya Paloh, petinggi Partai Nasional Demokrat) menayangkan tayangan ulang Mata Najwa edisi “Pencuri Perhatian”. Dimana tamu di Mata Najwa tersebut adalah Syahrini, Raditya Dika dan Basuki Tjahya Purnama (Ahok). Ya, Ahok.
Tayangan tersebut saya yakin BUKAN TIDAK SENGAJA ditayangkan. Melainkan ada tujuan untuk MEREKAYASA PIKIRAN. Kita tahu, bahwa saat ini Ahok sedang dalam posisi yang genting. Hak Interpelasi yang digulirkan oleh anggota DPRD terkait dengan APBD PALSU yang diserahkan ke Kementerian Dalam Negeri menjadi pasalnya. Belum lagi, sikap kalap Ahok yang kemudian mematikan nalarnya, malah membuka borok dirinya dan jajaran pemerintahannya (juga Gubernur sebelum dia yakni Joko Widodo) dengan adanya Dana Siluman dalam APBD tersebut. Padahal dana siluman tersebut sudah ada sejak 2013 dan 2014, saat Joko Widodo menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Anda tau?? Kasus Ahok, DPRD DKI dan Dana Siluman diselesaikan dengan cara apa? Dengan cara mediasi bersama Presiden Jokowi. Sungguh aneh, padahal ini adalah Kasus Hukum. Ahok melanggar undang-undang dengan mengirimkan dokumen Anggaran yang bukan hasil pembahasan DPRD. Yang satu lagi (DPRD) dituduh Mark Up Anggaran. Harusnya kasus ini diselesaikan di Meja Pengadilan, bukan dengan cara mediasi. Jika Ahok terbukti memainkan Anggaran sendiri tanpa persetujuan DPRD, maka Ahok harus dimakzulkan (dilengserkan). Dan jika DPRD terbukti melakukan Mark Up Anggaran (nitip Proyek), maka harus ditangkap dan di penjara. Karena dua-duanya (Ahok dan DPRD DKI) sama-sama Penjahat!
Tentunya, cara yang praktis dan efektif digunakan adalah merekayasa pikiran kebanyakan rakyat Indonesia agar citra dirinya tetap baik. Caranya adalah menayangkan hal-hal yang dikesankan baik mengenai Ahok. Mari kita lihat media-media pembelanya, tak henti-hentinya mencitrakan dan memanipulasi berita sehingga Ahok dikesankan orang yang baik dan terzhalimi. Berita, tayangan, testimoni (buatan), dan lain sebagainya ditayangkan berulang-ulang. Targetnya adalah berita dan tayangan tersebut terprogram pada pikiran bawah sadar (unconscious mind) sebagian rakyat Indonesia. Sehinga, walau terbukti bersalah, dapat dipastikan ada banyak orang yang terhipnosis sehingga membela membabi buta.
Lalu pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan agar tidak terhipnosis oleh pemrograman pikiran bawah sadar yang dilakukan oleh media-media pelindung para pencuri dan penipu? Seperti halnya judul film yang saya ceritakan di atas, FOCUS. Jangan mudah percaya. Jangan terlena. Perhatikan dengan seksama dan lakukan analisa.
Curigalah dengan segala sesuatu yang tiba-tiba, tanpa cela, diberitakan/ditayangkan berulang-ulang dan terus menerus. Curigalah bahwa jika demikian, pasti ada yang tidak beres di sebaliknya.
Namun, yakinilah bahwa secanggih apapun REKAYASA PIKIRAN yang dilakukan dengan hal-hal yang ‘baik’, tidak akan pernah mengalahkan kebenaran yang sifatnya mutlak. Kebenaran akan tetap menjadi kebenaran. Ia tidak akan pudar walau diselubungi oleh ratusan kebaikan yang hanya rekaan.
CERDAS & FOKUS
Oleh: Azzam, Rudi, Agus
Tiba-tiba Joko Widodo menuangkan air minum ke gelas Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat). Tiba-tiba Joko Widodo berbicara lantang kepada IMF. Tiba-tiba Joko Widodo berbicara tentang Palestina. Tiba-tiba…
“Tidak ada yang tiba-tiba berubah kok. Semuanya adalah by designed (sudah diatur)."
Kehebohan di dunia (terutama dunia maya) ketika Joko Widodo ‘tidak dianggap’ oleh Megawati dan menuangkan air minum ke cangkirnya, Megawati menjadi sorotan dan perhatian. Isu-isu yang berkembang berkenaan dengan Joko Widodo itu di simpan.
Banyak yang direkrut oleh Wantimpres. Relawan berbayar ini bertugas untuk mengumpulkan apa pun informasi dari dunia nyata dan dunia maya. Dan kemudian, diolah sedemikian rupa. Jangan berpikir Joko Widodo tidak tahu mengenai rencana aksi Mei. Dia dan timnya sangat tahu. Oleh sebab itu, berbagai cara ditempuh untuk mengagalkannya. Termasuk bermain dengan rekayasa pikiran bawah sadar.
Sesuatu yang “tiba-tiba” yang saya tulis di paragraf pertama adalah contohnya. Tiba-tiba beredar foto Joko Widodo dengan Aher, apa yang ingin dimainkan? Opini atas pikiran bawah sadar masyarakat bahwa Joko Widodo ‘mah emang gitu orangnya’. Kepada siapapun akan demikian. Oh really? Coba sebutkan kepada siapa saja? Eng ing eng…
Tiba-tiba Joko Widodo anti-IMF di dalam pidatonya. Are you kidding me? Di saat yang sama Menteri Keuangan sedang mengajukan proposal pinjaman kepada IMF kok. Eng ing eng…
Tiba-tiba Joko Widodo berbicara mengenai kemerdekaan Palestina. Really? Setelah bocor sikap apatis yang akan dia tempuh? Setelah Jusuf Kalla juga ‘keceletot’ dengan pernyataannya? Lha kemarin-kemarin memangnya jadi concern? Eng ing eng…
Pengalihan-pengalihan dengan model ‘interupted’ ini adalah ciri khas dari teknologi rekayasa pikiran.
Lalu, bagaimana agar tidak tepengaruh dengan rekayasanya?
Hanya satu, FOCUS!!!
Jika engkau menyaksikan film FOCUS, film yang dibintangi oleh Will Smith yang berperan sebagai Nicky, seorang pencuri dan penipu profesional, engkau akan menyaksikan salah satu scene dimana Nicky bertaruh dengan Liyuan senilai 2 juta USD. Jenis taruhannya menarik, yakni Liyuan memilih salah satu nomor punggung pemain American Football. Dan Jess, rekan sejawat Nicky yang akan menebaknya.
Sebuah taruhan yang sulit tentunya. Karena setidaknya pemain football yang berada di lapangan dari kedua kubu berjumlah total 100 orang sudah termasuk pemain cadangan. Artinya, peluang Jess menebak angka yang dipilih Liyuan adalah 1:100. Namun, tak disangka, ternyata Jess berhasil menebak nomor punggug pemain yang dipilih oleh Liyuan. Nomornya adalah 55. Nicky pun berhasil memenangkan taruhan senilai 2 juta USD tersebut.
Ketika ditanya oleh Jess, apakah ini sebuah kebetulan? Nicky pun menjawab ini bukan kebetulan. Namun, ternyata Nicky telah melakukan REKAYASA PIKIRAN, agar Liyuan selalu mengingat angka 55 dalam pikiran bawah sadarnya.
Semenjak Liyuan tiba dari Hongkong di Amerika, Liyuan secara tidak sadar dibuat selalu mengingat angka 55 secara tidak sadar. Mulai dari taksi yang ada angka 55-nya. Kamar hotel, ornamen pada lampu hias, pin yang digunakan oleh consierge saat membukakan pintu, sampai pada banner iklan yang menempel di taksi dan bus, semuanya ada angka 55. Dan memang demikian, secara bawah sadar (unconscious) pikiran kita akan mengingat sesuatu yang diulang-ulang. Dan saat diminta oleh Nicky memilih salah satu nomor untuk jadi bahan taruhannya, maka pikiran bawah sadar (uconscious mind) Liyuan akan tertarik kepada pemain yang menggunakan nomor punggung 55 di kaosnya.
Nah, kenapa saya menulis tentang fenomena pikiran bawah sadar dalam film FOCUS ini? Beberapa saat yang lalu di Metro TV (televisi milik Surya Paloh, petinggi Partai Nasional Demokrat) menayangkan tayangan ulang Mata Najwa edisi “Pencuri Perhatian”. Dimana tamu di Mata Najwa tersebut adalah Syahrini, Raditya Dika dan Basuki Tjahya Purnama (Ahok). Ya, Ahok.
Tayangan tersebut saya yakin BUKAN TIDAK SENGAJA ditayangkan. Melainkan ada tujuan untuk MEREKAYASA PIKIRAN. Kita tahu, bahwa saat ini Ahok sedang dalam posisi yang genting. Hak Interpelasi yang digulirkan oleh anggota DPRD terkait dengan APBD PALSU yang diserahkan ke Kementerian Dalam Negeri menjadi pasalnya. Belum lagi, sikap kalap Ahok yang kemudian mematikan nalarnya, malah membuka borok dirinya dan jajaran pemerintahannya (juga Gubernur sebelum dia yakni Joko Widodo) dengan adanya Dana Siluman dalam APBD tersebut. Padahal dana siluman tersebut sudah ada sejak 2013 dan 2014, saat Joko Widodo menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Anda tau?? Kasus Ahok, DPRD DKI dan Dana Siluman diselesaikan dengan cara apa? Dengan cara mediasi bersama Presiden Jokowi. Sungguh aneh, padahal ini adalah Kasus Hukum. Ahok melanggar undang-undang dengan mengirimkan dokumen Anggaran yang bukan hasil pembahasan DPRD. Yang satu lagi (DPRD) dituduh Mark Up Anggaran. Harusnya kasus ini diselesaikan di Meja Pengadilan, bukan dengan cara mediasi. Jika Ahok terbukti memainkan Anggaran sendiri tanpa persetujuan DPRD, maka Ahok harus dimakzulkan (dilengserkan). Dan jika DPRD terbukti melakukan Mark Up Anggaran (nitip Proyek), maka harus ditangkap dan di penjara. Karena dua-duanya (Ahok dan DPRD DKI) sama-sama Penjahat!
Tentunya, cara yang praktis dan efektif digunakan adalah merekayasa pikiran kebanyakan rakyat Indonesia agar citra dirinya tetap baik. Caranya adalah menayangkan hal-hal yang dikesankan baik mengenai Ahok. Mari kita lihat media-media pembelanya, tak henti-hentinya mencitrakan dan memanipulasi berita sehingga Ahok dikesankan orang yang baik dan terzhalimi. Berita, tayangan, testimoni (buatan), dan lain sebagainya ditayangkan berulang-ulang. Targetnya adalah berita dan tayangan tersebut terprogram pada pikiran bawah sadar (unconscious mind) sebagian rakyat Indonesia. Sehinga, walau terbukti bersalah, dapat dipastikan ada banyak orang yang terhipnosis sehingga membela membabi buta.
Lalu pertanyaannya, apa yang harus kita lakukan agar tidak terhipnosis oleh pemrograman pikiran bawah sadar yang dilakukan oleh media-media pelindung para pencuri dan penipu? Seperti halnya judul film yang saya ceritakan di atas, FOCUS. Jangan mudah percaya. Jangan terlena. Perhatikan dengan seksama dan lakukan analisa.
Curigalah dengan segala sesuatu yang tiba-tiba, tanpa cela, diberitakan/ditayangkan berulang-ulang dan terus menerus. Curigalah bahwa jika demikian, pasti ada yang tidak beres di sebaliknya.
Namun, yakinilah bahwa secanggih apapun REKAYASA PIKIRAN yang dilakukan dengan hal-hal yang ‘baik’, tidak akan pernah mengalahkan kebenaran yang sifatnya mutlak. Kebenaran akan tetap menjadi kebenaran. Ia tidak akan pudar walau diselubungi oleh ratusan kebaikan yang hanya rekaan.
CERDAS & FOKUS
Komentar
Posting Komentar